Tuesday, July 28, 2020

9:02 AM - No comments

Di Balik 2 Kotak Risol Mayo

Dibalik dua kotak Risoles Mayo
Terdapat tumpukan perkakas kotor yang menunggu untuk dicuciiiii.
Karena jam bangunnya bergeser jam 2an pagi. Akhirnya seharian jadi mengantuuk sangaad. Padahal udah rencana sore tadi setelah pulang kerja, langsung uprek dapur bikin risol mayo yang lumeeerrr enaaak.

Ternyata, sampai rumah cuman bisa bikin adonan kulitnya aja. Udah nggak kuaat, pengen rebahan. Kebetulan ada bahan isian yang belum lengkap, sambil nunggu Ayahnya Mada belanja jadi ketiduran beneran (yang disengaja). Lagian kalau bikin kulit, misal udah mateng dari pan, kulitnya kudu cepet-cepet dikasih isian. Kalau kelamaan, kulitnya bisa lengket dan rusak, jadi gampang robek.

Soal risol mayo, pas awal-awal corona banyak banget yang jualan kuliner frozen online dan dipromoin sama infomalang di tuiter. Nyobain deh, beneran enaaak. Cuman ordernya agak lama karena PO dan juga ketambahan ongkir. Jadi kayak merasa rugi. Trus liat ada resep risol mayo, kok kayak gampiiil yaah. Jadi bertambah "merasa ruginya". Haha.

Nyobain bikin pertama kali, agak frustasi juga. Soalnya yang lama pas bikin adonan kulitnya dan gagal dongs. Kadang tipis, g lentur, rawan robek, tapi kalau didobelin nuang di pannya terlalu tebal. Kalau terlalu tebal, risolnya jadi gendut bangeeet. Agak gimana gitu. Masih belum pas lah di percobaan pertama. Jadi googling lagi, dan dapeeet resep yang cocok. Percobaan kedua mayaaan dapeet lah tekstur kulit risolnya. Yang akhirnya bikin ketagihan bikin, eh maksudnya yang udah icip jadi ketagihan makannya. Kalau pada seneng, kan jadi semangat bikinnya hehe. Untuk tampilannya emang nggak secantik yang dijual orang. Tapi kalau rasanya, haduuuh..puasss bangeeett makan (dan bikinnya). Soalnya bahannya kan udah kita tau sendiri lah, kita pilih dan beli sesuai kualitas dan keinginan kita juga.

Thursday, July 27, 2017

7:37 AM - No comments

Ngerandom

Paling kzl kalau mau bikin postingan baru. Tapi sebelumnya masih ada antrian draft yang belum kelar. Hrrrr. 😂 Hutaaaang.

Dibikin karena ngerasa sekarang ini auranya paling megang banget buat kembali nulis. Anak bayi udah tidur dengan nyenyak setelah kemarin beberapa malam sempet sakit demam. Customer @payungbuku nggak mungkin jam segini mau order atau nagih rekapan. Lagi hujan di luar. Segelas coklat anget. Dan suami yang lagi asik yutupan.

Wuaaah. Nikmaaatnyee yang tak terbantahkan. Hamdanlillah. 🙏

Udah gitu dulu, yes. Post and run *as always 😆 Bubye.

Potoin coklat angetnya dolooo deh.



Eh udah abiiiss. 😂

Tuesday, April 18, 2017

[Review Buku] Buku Super Lengkap Makanan Bayi Sehat Alami



Walau belum sampai tamat bacanya, karena Mada lagi Mpasi, jadi buku ini saja yang diulas, yuk!

Judul : Buku Super Lengkap Makanan Bayi Sehat Alami
Penulis : Wied Harry Apriadji
Penerbit : Pustaka Bunda, Jakarta, 2012
Tebal : 198 halaman

Soal makanan sehat dan lezat, Pak Wied sudah pasti jagonya. Apalagi bayi yang imunnya masih belum sempurna terbentuk dan tidak boleh begitu saja makan makanan yang tercemar pengawet, perasa, pewarna atau pemanis sintetis. Tentu perlu sekali menyajikan makanan sehat dan alami seperti judul buku ini.

Di dalam bukunya, Pak Wied memaparkan soal pentingnya makanan segar kaya nutrisi. Berbagai macam resep dan varian menu sudah tercantum di sini. Bahkan menunya bisa dipakai sampai bayi usia setahun loh. Jadi sangat membantu sekali bagi para Ibu baru yang masih awam dengan dunia Mpasi atau malah dunia memasak (uhuk!). Bahan-bahannya pun mudah, bahkan diberi alternatif bahan jika tidak tersedia. Cara membuat resep-resep dalam buku ini juga terbilang gampang, karena memang untuk makanan bayi metode memasak hanya sekitaran merebus, mengukus, atau menumis sebentar saja. Dan juga metode penyimpanan makanan yang cukup penting. Mungkin yang cukup berat pada peralatannya saja. Seperti hand blender yang disarankan Pak Wied, harganya cukup wow loh.

Selain menu dan resep yang jadi bahasan utama dalam buku ini, ada juga penjelasan soal kemampuan cerna bayi, Traveling Food, panduan pengenalan Mpasi, perlunya menikmati cemilan, panduan pemberian Mpasi, Fingger Food. Bahkan, soal ASI Ekslusif juga tak luput dibahas pada halaman-halaman awal. Mengenai tampilan fisiknya, buku hardcover ini didesain dengan ilustrasi dan layoutnya yang cukup menarik. Sederhana, tapi ada juga informasi tambahan yang berwarna-warni.

Saturday, April 15, 2017

(Super) Mada Persiapan MPASI



Sebentar lagi perjalanan Mada menuju Mpasi. Ibunya deg-degan sih, karena tantangannya naik level lagi setelah menyusui. Apalagi Ibunya punya cita-cita supaya anaknya nanti lebih doyan makanan rumahan yang lebih aman dan semoga selalu konsisten pada makanan yang bergizi seimbang. Ini memang juga jadi tantangan bagi Emaknya supaya makin mahir dalam hal perdapuran. Hahaaaii.

Sejak Mada usia 2 bulanan, sudah mulai cari tahu tentang Mpasi. Ada sedikit sesal, kenapa minta kado lahirannya bukan printilan Mpasi ya? Padahal lebih lumayan (dan lucu) juga. Haha. Ini sih keinginan Emaknya saja.

Dari ina inu soal Mpasi, ternyata ada 3 paham. Pertama penganut WHO. Kedua AIMI. Untuk WHO dan AIMI nyaris sama kok. Dan yang ketiga, yaitu food combining, khusus ini dipelopori Pak Wied Harry. Setelah menimbang-nimbang, dan dari dulu sudah mulai tertarik dengan pola makan terakhir ini. Maka memantapkan hati untuk menerapkan pola fc di awal Mada mengenal makanan dalam hidupnya. Beli buku karangan Pak Wied sejak Mada usoa 4 bulan, dan alhamdulillah dipelajari, dipahami sedikit demi sedikit. Selain nyasar ke forum buibu dan blogger para Emak yang membahas soal per-Mpasian. Tapi, sepertinya juga tidak akan melulu saklek fc terus sih. In sya Allah bakal menyesuaikan juga. Apalagi denger-denger minusnya pola fc ini, bb bayi susah naik dan kabarnya bisa kekurangan zat besi. Ya nggak mau doong laaah.

Teruuus. Metode pemberiannya gimana?BLW apa Spoon Feeding? Emm, disuapin aja deh. Kalau umur segini khawatir kesedak dan belum mahir makannya. Biar hemat waktu juga. Jadi Eboknya bisa ngerjain hal lainnya. Hehe. Tapi, lagi-lagi, in sya Allah bakal nyesuain kok. Kali umur 8-9 bulan, Mada makan cemilan/buah yang dipotong untuk melatih motorik halusnya dan juga kemandiriannya.

Sedangkan dengan persiapan peralatannya, sampai saat ini palingan sedia wadah-wadah penyimpanan dari Tupperware, seperti Petite Square, Ice Tray bertutup buat nyimpen kaldu. Juga ada Turbo Chopper buat menghaluskan makanan. Kalau peralatan masaknya, ya paling menggunakan yang tersedia di dapur aja kali ya. Kayak kukusan, panci, saringan dkk. Memang banyakan peralatan baru karena kami akan menempati rumah kontrakan di Malang. Yeaaay, No LDM anymore! Peralatan makan buat Mada sendiri udah banyak dari kadoan. Tinggal pilih yang cocok dan BPA Free dong pastinya. Tapi ada juga yang ketinggalan belum sempet kebeli. Kayak Slabber tuh. Haha. Mungkin belinya sambil lalu aja lah ya. Kalau awal-awal gini paling makannya masih sekali sehari, itupun porsinya masih sedikit dan bertahap. Eboknya ada wishlist juga sih sebenernya. Hahaha. Kayak botol sendok, fruit feeder buat BLW, mangkok bertutup yang dilengkapi sendok buat traveling.

Lalu, bagaimanan dengan kesiapan bocah bayi yang mau makan ini? Hoho. Sesuai petunjuk WHO, bayi mulai dikenalkan dengan makanan tepat 180 hari setelah kelahirannya. Untuk Mada, jatuh pada tanggal 22 April ini. Kesiapan lain secara fisik, karena ini yang jelas tampak mata ya; mulai doyan kecapan, ingin meraih sesuatu dengan tangannya terutama kalau ada yang sedang makan, yang kemudian dia masukkan tangan/benda tersebut ke dalam mulutnya, digigitin oulak, jadi dibelikanlah teether berbentuk jagung untuk memuaskan hasrat gigit-gigitnya tadi, kadang rewel tengah malam walau sudah puas minu ASI bolak-balik, sudah bisa duduk sendiri dan ini jadi pertimbangan buat menghemat beli kursi makan bayi. Palingan bakal didudukkan di stroller aja, atau dipangku, atau yaa..dia duduk sendiri.

Terakhir. Doa dan menguatkan mental (terutama Eboknya). Karena mungkin harapan dan bermacam persiapan di atas hanyalah sekedar tekad untuk mengajak Mada menjalani salah satu fase penting dalam hidupnya ini dengan cara yang menyenangkan. Kalaupun kenyataannya nanti berbenturan dan ada rintangan, yah semoga bisa menghadapinya dengan kalem, tenang. Ekspektasi boleh tinggi, realita bisa nanti.

Thursday, March 30, 2017

[Review Buku] Matilda-Roald Dahl



Judul Buku : Matilda
Pengarang : Roald Dahl
Penerbit : Gramedia, Jakarta, 1991
Tebal : 264 halaman

Bersyukur sekali bisa mendapatkan buku Matilda versi cover warna cokelat, yang berbeda dengan cover versi boxset. Karena yang cover cokelat ini lebih lawas dan susah dicari. Meski ilustratornya tetaplah sama, Quentin Blake.

Lebih tahu filmnya dulu malah, ketimbang bukunya. Dua-duanya sama-sama bagus dan memberi kesan.

Sesuai dengan judul dari buku ini, menceritakan gadis kecil bernama Matilda. Anak dari keluarga  Wormwood. Tapi Mr. Wormwood dan istrinya tergolong orang tua yang acuh kepada Matilda, mereka lebih mempedulikan kakak sulungnya yang bernama Michael. Malah orangtuanya  menganggap Matilda sebagai anak yang mengganggu. Padahal Matilda tergolong anak yang sangat pintar. Kenapa bisa dibilang begitu? Pada usia 3 tahun. Matilda sudah bisa membaca. Ia belajar sendiri tanpa bantuan orang tuanya. Di umurnya yang ke 4, kemampuan membacanya sudah lancar.

Karena orangtuanya tidak mau membelikan Matilda buku, untuk memuaskan dahaga membacanya, ia berkunjung ke perpustakaan umum di desanya. Di sana ia dibantu oleh Mrs. Phelps dalam mendapatkan buku bacaan. Yang awalnya hanyalah buku-buku anak dan ternyata langsung dilahap habis oleh Matilda! Lalu merambah pada buku-buku karangan pengarang besar seperti Charles Dickens, Ernest Hemingway, Jane Austen dan lain-lain.

Di usia yang termasuk terlambat, 5 setengah tahun, Matilda mulai disekolahkan oleh orang tuanya. Mengapa terlambat? Karena anak lain sudah bersekolah sejak umur 5 tahun bahkan kurang. Di sana ia bertemu banyak sekali teman, juga guru wali kelasnya yang cantik bernama Miss Honey. Di hari pertamanya bersekolah, Matilda telah membuat Miss Honey takjub akan kemampuan berhitung dan mengejanya yang melebihi anak-anak lain seusianya. Di sekolah tersebut juga dipimpin oleh Kepala Sekolah yang kejam, bernama Miss Trunchbull. Ia tidak suka pada anak kecil dan sering mengejutkan para muridnya dengan hukuman dan alat penyiksaan yang sangat mengerikan. Tapi bukan Matilda, kalau tidak menggunakan kemampuan rahasianya demi menyelamatkan nasib teman-temannya yang bersekolah di sana, serta seseorang yang waktu demi waktu mulai ia sayangi melebihi kedua orangtuanya sendiri.

Buku ini lucu dan sangat menarik! Dan namanya juga buku anak-anak, tak mungkin kalau tidak aneh dan ajaib. Bagaimana bisa anak sekecil Matilda, mampu mengerjai orangtuanya yang begitu menyebalkan seperti Mr. Wormwood. Apalagi terhadap Miss Trunchbull yang jahat. Tentunya ini hanya khayalan menyenangkan yang ada dalam benak anak-anak ketika mereka sedang mengalami emosi yang negatif. Lalu ditransfer dengan piawai oleh Roald Dahl ke dalam buku ini.

Juga ada kritik untuk orangtua yang ditampilkan oleh Mr. dan Mrs. Wormwood, contohnya tentang kesukaan menonton TV. Makan bersama tetapi tidak di meja makan. Hanya menyediakan makanan cepat saji atau instan untuk anak-anaknya di rumah. Tidak memahami emosi dan kemampuan anak. Meninggalkan anak sendirian di rumah dengan kegiatan yang belum tentu berguna.

Walau banyak sekali ditemukan umpatan dan serapah yang cukup aneh bila didengar. Tapi kalaupun tidak diterjemahkan, sepertinya tidak cukup pantas untuk dibaca anak-anak. Minus kecil ini pun seluruhnya ditutupi dengan endingnya yang sempurna, suka sekali!

Friday, March 24, 2017

5:41 AM - No comments

(Super) Mada Usia 5 Bulan

Ahmada udah usia 5 bulan. Alhamdulillah. Berarti bulan depan mulai Mpasi dong. Haa. Yang dagdigdug malah emboknya nih. :D Jadi di usianya yang udah 5 bulan, ada update terbaru apa nih?

  • Imunisasi DPT 3 dan Polio 2. Alhamdulillah, di puskesmas polionya sudah tersedia.
  • Semingguan setelah imunisasi sempet sakit. Awalnya dari batuk, yang bikin dia muntah byor byor. Baru aja kelar mimik, asi yang diminum keluar banyaaak. Sempet demam. Juga ada pileknya. Mau dibawa ke dokter bareng Ayahnya (rencana ijin cuti kerja dari Malang), tapi entah ya feeling Ibu nyuruh Ayahnya batalin ke sini. Maunya ditangani sendiri dulu. Alhamdulillah, 2-3 harian udah sembuh dan kembali ceria lagi. Penanganannya sederhana aja. Inhalasi. Jemur di pagi hari. Perutnya ditempeli irisan timun. Juga sempet diolesi minyak kayu putih plus kemangi di bagian dada dan perutnya. Sedangkan emboknya, jaga makanan (karena ada gejala mau sakit juga), minum air agak banyakan dari biasanya, wedang lemon madu tiap pagi, tiap makan juga diselipin irisan bawang merah, dan tiap hari minum degan ijo. Alhamdulillah banget. Nggak perlu ngerepotin Ayahnya buat ninggal kerja, hemat biaya ke dokter dan Mada tak perlu kontaminasi dengan obat kimiawi. Yang terakhir itu sebenarnya pengen digalakkan. Paling nggak kalau Mada udah di atas setaun lah. Tapi apakabar imunisasi? Kan juga kimiawi? Haha. Lillaahi ta'alaa deh.
  • Udah belajar ongkong-ongkong. Pas sakit, sempet vakum belajarnya. Tapi abis itu udah gigih lagi belajarnya.
  • Sebelum sakit, Mada dipijet. Supaya nggak pegal-pegal karena belajar ongkong-ongkong itu tadi. Terutama bagian bahu ya. Karena sering dipakein buat menopang tubuhnya. Anak bayi sempet nangis jejeritan pas dipijet di bagian tersebut. Ibunya nggak tegaaaaah.
  • Bisa ngemut jemari kakinya. Kalau dipakein kaos kaki, ganti kaos kakinya yang diemut sambil ditarik-tarik.
  • Di fase oralnya ini, sebenarnya masih wajar aja sih kalo dia doyan ngemut. Khawatirnya paling kalo dia ngemutin benda-benda yang kotor. Fyuuuh.
  • Tiap dipanggil namanya, refleks noleh.
  • Suka geleng-geleng kepala. Biasanya dengan Mbahnya diplesetin jadi gerakan dzikir.
  • Mulai paham kalo ditinggal sendiri di kamar, jadinya langsung nangis. Padahal Emboknya cuman ke kamar mandi atau ke tv ajaaah. Belum masak atau cuci-cuci padahaaaal.
  • Dari ongkong-ongkong di atas, dia sebenarnya juga mulai belajar angkat bokong sampai menjulang dengan tangan nopang tubuhnya, bentuk badannya udah kayak segitiga gitu lah. Haha. Kadangan juga mulai belajar setengah duduk. Posisi duduknya mirip duduk di antara dua sujud. Cuman badan masih belum tegak, dan dia masih bingung nempatin posisi kaki. Kalo udah gini, kadang dia ngguling. Haha. Karena itulah, kami jadi bingung sebenarnya belajar duduk apa merangkak dulu ya? Untuk merayapnya, waduh udah cepet banget. Terutama kalo ada benda yang menarik dan bikin dia penasaran. Pasti udah kayak mau dikejar. Jadi nyeret badannya pake dada, tangan dan kakinya gitu lah.
  • Saking gesitnya, kasur bagian bawah mulai sering diberdayakan buat ditarik takut jatoh. Dan beneran, udah beberapa kali nyungsep. Untung Ayah, Ibu dan om nya sigap.
  • Genggamannya kuat banget. Lengan emboknya pernah dicengkeram sampe merah dan berbekas.
  • Kalo dipakein baju, masya Allah bikin emaknya keringetan! Sukanya kabuuur. Gimana caranya? Banting tubuh sambil geser-geser posisi. Kadang udah kayak nggak sabaran mau tengkurep terus belajar lebih lagi.
  • Sering melongo dan kecap-kecap kalo liat orang makan. Sabar yaa, Nak. Belajar maem in sya Allah bulan depan. Alhamdulillah udah mulai nyicil persiapan Mpasi.

Tuesday, February 28, 2017

[Review Buku] Keluarga Cemara

Ahmada menjadi 'cameo' dalam foto ini :D
Judul Buku : Keluarga Cemara #1
Penulis : Arswendo Atmowiloto
Penerbit : Gramedia, Jakarta, 2013
Tebal : 288 halaman

Acara rutin di televisi yang dulu kita kenal di area 90-an, yang asalnya berasal dari cerita karangan Arswendo Atmowiloto ini. Mengisahkan keluarga dari gadis kecil bernama Cemara yang biasa dipanggil Ara. Keluarga ini terdiri dari; Abah sebagai kepala keluarga yang sehari-harinya bekerja sebagai penarik becak, Ema sang ibu yang membuat Opak untuk dijajakan putri sulungnya, Euis yang kelas 6 SD,  juga Ara sendiri yang baru masuk TK serta Agil si bungsu.

Dahulunya, keluarga ini sangat berkecukupan. Mereka tinggal di Jakarta, hidup dengan rumah yang lengkap dengan perabotannya, mobil dan segala kemewahannya. Pada saat itu, di antara ketiga anaknya, hanya Euis yang sempat merasakan kehidupan serba berada. Sebelum akhirnya mereka ‘jatuh miskin', karena usaha Abah yang ditipu rekannya sendiri. Akhirnya mereka pindah dan tinggal di rumah yang sangat sederhana di desa.

Sekalipun hidup mereka kurang beruntung secara materi, tapi hubungan antar anggota keluarganya erat sekali. Terkadang ada pertengkaran-pertengkaran kecil antar kakak beradik ini, yang membuat Abah perlu turun tangan untuk menyelesaikan. Mereka pun kembali akur dan saling menyayangi. Euis sebagai kakak tertua yang melindungi adik-adiknya dengan caranya sendiri. Ara yang lugu dan polos. Serta Agil, si bungsu peniru yang selalu mengiyakan tiap apa yang diceritakan oleh Ara. Abah sebagai sosok Ayah yang menjadi idola buat anak-anaknya. Ema yang sangat sabar, tak pernah mengeluh pada keadaan, selalu patuh kepada suaminya yang mengingatkan bahwa dalam hidup ini tak perlu menyesali hal yang telah lalu. Hubungan Ema dan Abah pun terlihat harmonis dalam cerita ini. Suguhan tentang keluarga yang patut diteladani, karena pondasi pertama yang membentuk karakter anak-anak adalah interaksi erat dalam keluarganya.

Dalam mendidik, Abah selalu menjelaskan alasan kepada anak-anaknya jika melarang sesuatu. Abah juga pandai membahagiakan anak-anaknya meski berada dalam keterbatasan, misal membuat puisi di ulang tahun Guru TK Ara, becak yang dijadikan helikopter untuk perayaan karnaval, membuat akuarium dari toples opak.

Buku ini memang telah ditulis lama oleh sang penulis. Tapi nilai-nilai di dalamnya sangat relevan di jaman sekarang. Dimana kejujuran menjadi barang langka. Padahal seperti yang dilakukan Abah dalam mendidik anak-anaknya, kejujuran mulai ditanam dan disemai dari lingkup terkecil yakni keluarga.

Membaca buku ini membuat kita berkali-kali berurai air mata. Bukan hanya karena kemiskinan mereka, tetapi banyak kesempatan dan keberuntungan yang nyaris mereka genggam lalu lenyap begitu saja. Tapi mungkin benar kata sang penulis. Jikalau air mata bisa menjadi simbol kebahagiaan, inilah kisah itu.

Friday, February 24, 2017

5:38 AM - No comments

(Super) Mada Usia 4 Bulan

Tentang Ahmada yang sudah berusia 4 bulan :
  • Udah imunisasi DPT 2. Polio nya dari dinas masih kehabisan katanya. Kemungkinan bakal cari sendiri ke klinik deket rumah. Beratnya ditimbang 6.1 kilo.
  • Mulai digundul dikarenakan ada kerak seperti ketombe di kulit kepalanya. Hal yang wajar terjadi pada bayi sih. Tapi kok gemes aja pengen bersihkan. Dan dengan dicukur lebih gampang bersihkannya loh. Tukang cukurnya tak lain; Mbah dan Ibunya sendiri. Hehe. Mada belum sempet dicukur sebelumnya, karena susah cari tukang cukur buat bayi apalagi anak bayi ini aktifnya warbiyasak. Kami aja nyicilin nyukurnya. Cari waktu malam. Karena kalo siang, jangan harap deh. Itupun hasilnya nggak rapi karena si dedek bayi gerak-gerak terus, terutama pas ngeriknya. Kalo cuman potong kasaran, lebih gampang. Apalagi rambutnya memang cukup lebat. Dan sekarang udah mulai tumbuh kok.
  • Karena udah mahir mengkurep dengan gampilnya. Dia mulai coba-coba nungging dan angkat badannya bagian depan. Gerakannya udah kayak mau push up gitu. Haha.
  • Bisa muter dan mindahin posisi tubuhnya pake kekuatan tangan dan kakinya, juga dengan dada sambil mengkurep. Pernah dapet satu putaran malah. :D
  • Suka narik-narik bajunya. Atau apapun yang bisa dia jangkau.
  • Hobi masukin semua benda ke mulutnya, atau yang ada di dekatnya.
  • Abis masukin ke mulut, selanjutnya jadi Rajanya ngemut tangan deh. Kalau dilarang atau diambil tangannya langsung marah. *anak bayi udah tau marah ye. 
  • Udah mau dipakein topi. Alhamdulillah.
  • Disangka matanya dikasih celak. Padahal sih nggak. Emang bulu matanya si boncil ini lebat dan panjang.
  • Doyan jejeritaaan. Heboooh. Teriak-teriaknya dengan sepenuh hati kayak mau keselek malah. Sampe ngeri aja kalau tetangga depan/sebelah nyangka diapa-apain gitu sama emboknya. Haa. Dan pernah semenit setelah jejeritan, tetiba anteng, pas diliat eh udah bobok nyenyak ternyata! Mungkin saking capek dan ngantuknya.
  • Beberapa kali Mada memang pernah tidur tanpa perlu dimimiki dulu. Seperti kasus di atas. Cukup menggembirakan kalau itu memang tandanya dia bisa mandiri.
  • Kalau main sama guyon, waduh jangan ditanya. Ayahnya paling jago soal ginian. Makanya tiap wiken, aku sebagai sumber ASI-nya jadi nggak laku. :D
  • Menang giveaway berupa buku dongeng Charles Dickens terbitan BIP, dalam rangka Giving Books International Day yang diselenggarakan oleh Toko Buku Binta. Lumayaaan, irit 65 ribu plus ongkirnya dari Jombang. Haha. Alhamdulillah. Rejeki anak bayi.



Tuesday, February 21, 2017

Hubby's Quotes

Kalau ada kutipan suami yang menarik lagi, mungkin akan ada postingan-postingan selanjutnya. :D

Pada suatu siang kami makan bareng di rumah. Iya, karena kami sedang menjalani LDM, tiap kebersamaan menjadi sangat berarti. Termasuk makan bareng. Waktu itu kami makan seperti biasanya, masakan ala rumahan sederhana. Aku masak sayur, lauk seadanya dan sambel bikinan suami. Suami memang tidak repot soal makan, beliau bisa sangat mandiri sekali. Nggak harus ini itu, asal ada nasi dan lauk ya dimakan saja. Kalaupun improvisasi, yaa..bikin-bikin sendiri lah. Contohnya sambel itu.

Sedang asyiknya makan, tiba-tiba beliau nyeletuk; "Hidup itu ya kayak gini, Sayang.Cukup-cukup aja."
Aku bertanya, "Maksudnya?"
Beliau menjawab, kurang lebih seperti ini, "Iya,cukup. Bagi saya, hidup cukup itu kita sudah mampu bantu orang lain. Nggak perlu lauk dan makanan mahal."

Can get the point? ^_^

Untuk urusan bijak-bijakan dalam hidup, suami memang andelannya. Mungkin karena sudah lama merantau apalagi di negeri orang (bahkan benua lain), bertemu banyak orang dengan warna kulit, mata, usia, tingkat pendidikan, jabatan, asuhan kedua orangtua serta kerasnya hidup tlah menempa suami menjadi pribadi yang seperti ini. Mau rekan kerja, rekan biasa, junior atau senior, jujukannya pasti suami. Bahkan keluargaku sendiri juga mulai mempercayainya, selain menyerahkan aku pastinya. :D

Lantas yang kedua ini kami sedang ngobrol di chat, andalan pasangan LDM. Hehe.

Waktu itu suami membagikan lowker menggiurkan yang berada satu kota dengan suami. Ngiler dooong pastinya. Karena lowker ini pernah aku lepas taun lalu, dikarenakan masih hamil. Lalu sekarang? Apa kabar? Suami tentunya tidak setuju. Dan jawabannya bikin terhenyak.

"Saya nggak mau Mada jadi nggak terurus karena urusan nyari duit. Saya lebih kuat lapar daripada anak terbengkalai..."

Uwuuwuuuw. Suami dakuuh. :') Lucky me, having you in my life! :*

Dipotret tunangannya waktu sebelum nikah, perut masih tipis loh :P

Friday, February 3, 2017

6:47 PM - No comments

(Super) Mada Imunisasi DPT 1

Kenapa imunisasi yang ini sampe ditulis? Denger -denger banyak pengalaman horor setelah bayi diimunisasi, terutama DPT ini.

Harusnya, berdasarkan buku Pink (buku pedoman wajib dari Puskesmas buat Ibu dan Anak) Mada perlu diimunisasi DPT di umur 2 bulan mau ke 3 bulan. Gitu yang ku periksa di buku tersebut. Tapi sebelumnya, ketika Mada imunisasi BCG, nakesnya nyaranin supaya datang kembali buat imunisasi DPT kalau dia udah 3 bulan. Mada tepat usia 3 bulan di hari Selasa, sedangkan jadwal DPT adanya hari Jumat. Berarti plus 3 hari doong. Oke lah, kami turuti.

Maka datanglah Ayah-Ibu nya nganterin dia buat diencus sesuai saran nakes tersebut. Dan apakabar kata nakes yang lebih senior dari yang sebelumnya? Beliau negur aku, harusnya Mada diimun sebelum usia 3 bulan, sesuai di buku petunjuk. Hrrrr. Akhirnya Mada dapet posisi tanda ijo deh tiap waktu imunisasi. Karena jaraknya harus sebulan tet kaaan? Huuuuh. Padahal yang BCG itu awal bulan Desember, dan DPT (yang disarankan nakes junior) selanjutnya di ujung akhir Januari.Yasudalaaah. Katanya sih, kotak ijo masih dalam batas aman waktunya. Dadahbabaiii kotak putih.

Mulai siap-siap dienjus deh anak bayi ganteng, yang sebelumnya dia musti ditimbang dulu. Bbnya 5.5 kilo. Abis disuntik, Mada nangis kejer. Langsung deh disumpal mimik dari Ibunya. Nakes senior juga meresepkan obat penurun panas, kalau nanti si bayi demam. Beliau juga menyarankan untuk mengompres bekas suntikan dengan air matang, bukan dengan air hangat. Oke. Setelah dapat obatnya kami pulang.

Sampai di rumah, Mada masih bersikap seperti biasanya. Aktif tingkahnya. Drama dimulai ketika Ayah nya pergi cukur rambut. Mada mulai demam, tapi masih wajar geraknya. Sepulang ayahnya dan mulai siap-siap berangkat Jumatan. Si kecil bayi mulai rewel-wel. Malah nangis nyaris menjerit. Mungkin badannya mulai nggak nyaman karena panas tersebut. Diukur pake termometer suhu badannya 37.8 derajat C. Digendong-gendong lah, ditimang-timang lah, dipeluk-peluk skin to skin untuk menyalurkan panasnya. Dan nggak mau kalau digeletakin di kasur. Itu berlanjut sampe Ayahnya berangkat dan pulang dari Jumatan. Pasti kalau udah ada tanda mau digeletakin, si bayi ini langsung jerit histeris. Digendong pun masih tetep rewel. Ohlaalaaa.

Barulah ketika kami makan siang, bergantian gendong, Mada mulai tenang tapi anteeeeng sekali. Nggak segesit dan secerewet biasanya. Badannya masih panas sih, tapi kami belum ngasih dia obat. Mungkin kalau rewelnya lebih hebat, barulah dikasih obat. Apalagi kalo nanti malam sampe nggak bisa tidur. Mada juga tetap aku susukan, lebih siaga malah. Supaya rewelnya akan haus dan lapar nggak terlalu merisaukan dia. Lantas menjelang siang, sang bocah mulai kembali bawel ngoceh-ngoceh dan ketawa. Ahh..leganya. Malah kami berdua yang tepar setelah bergantian menggendong untuk menenangkannya. Matanya juga mulai awas dan aktif, serta kembali ceria lagi si jagoan kami ini. Alhamdulillah.

Hingga sore dan malam badannya masih tetap panas. Ketika Maghrib juga seperti biasa aku susukan karena itu memang jadwal tidurnya Dan lagi-lagi alhamdulillah Mada mau tidur seperti biasa. Walau kami tetap siap siaga dengan obat dari Puskesmas, kalau nanti Mada bangun, rewel, dan susah tidur. Ternyata tidurnya pun nyenyak sampe keesokannya. Palingan bangun untuk minta mimik saja seperti malam-malam biasanya. Obat penurun panasnya pun masih utuh segelnya, belum sempat kami buka.

Jadi intinya, tetap tenang dan siap siaga menghadapi bayi setelah imunisasi. Kalaupun dia panas, memang hal yang wajar sih. *btw katanya ada imunisasi yang nggak bikin panas ye? Yetapi saya pilih yang dari Pemerintah aja deh yaa. Yang nggak bikin panas, malah musti diinjeksi berkali-kali, kasiaan si kecil* Mungkin memang agak lebih rewel, tapi pastikan dia nyaman. Yah seperti menenangkan dengan cara menggendongnya, memeluknya, serta tetap dapat ASI yang cukup. Syukur-syukur kalau bisa melewatinya tanpa obat penurun panas. Keesokannya Mada malah kami bawa jalan-jalan ke Palapa. Dia enjoy-enjoy aja tuh.